Senin, 19 November 2012

Askep meningitis


Askep meningitis
                                                                                   BAB I
                                                                       PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
          Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningan otak dan medula spinalis.gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri atau infeksi sekunder seperti sinusitis , otitismedia , pnenoumonia,endokarditis dan osteomieleris.organisme yang merupakan penyebab umum meningitis meliputi : Neisseria meningitis (meningitis meningokok) , Hemophilus influenza ,dan Steptokokus pneumonia (organisme ini bisanya terdapat dinasofarinng).organisme penyebab meningitis yang sering menyerang bayi pada (sampai usia 3 bulan) adalah Escherichia coli dan Listeria monocytogenes.berdasarkan penyebabnya meningitis dapat dibagi menjadi:meningitis aseptip(asaeptik meningitis)yang disebabkan oleh virus,meningitis non non infeksius yang dissebabkan oleh daran diruang subaraknoid.dan meningitis bakterial(bakterial meningitiss) yang disebabkan oleh berbagai macam bakteri.
B.    TUJUAN
•    Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian meningitis , penyebab terjadinya meningitis serta penatalaksanaan meningitis.
•    Tujuan khusus
1.    Mampu menjelaskan pengertian meningitis
2.    Mampu menjelaskan penyebab meningitis
3.    Mampu menjelaskan menifestasi klinis meningitis
4.    Mampu menjelaskan penatalaksaan meningitis
 


                                                                           
                                                                      PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
            Meningitis adalah radang umum araknoid dan piameter disebabkan bakteri,virus,riketsia,atau protozoa,yang dapat terjadi secara akut dan kronis.hampir semua bakteri yang masuk kedalam tubuh menyebabkan meningitis.ketika organisme patogen memasuki daerah  subaraknoid,terjadi reaksi inflamasi berupa CSS berwarna kelabu,fommasi eksudat,perubahan arteri subaraknoid,dan kongesti jaringan.pia meter menjadi tebal dan berbentuk adhesi terutama didaerah sistem basal.pada tahap awal meningitis terjadi perubahan struktur otak.

B.    ETIOLOGI
            Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.macam-macam penyebab meningitis:

             Meningitis Bakterial Adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput meningen disekeliling otak dan medula spinalis. Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah Eschericia Coli, Streptococcus group B, L. monocytogenesis, Haemofilus influenza, Stapilokokus pneumoniae ,Nersseria meningitidis, Stapilokokus Aureus, Stapilokokus Epidermidis, Gram negative bacilli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial.


            Meningitis Tuberkulosa   Adalah reaksi keradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput meningen disekeliling otak dan medula spinalis yang disebabkan oleh karena kuman tuberkulosa.

    Meningitis virus  Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.

C.    PATOFISIOLOGI
            Infeksi langsung dengan adanya penetrasi trauma seperti fraktur tengkorak dan luka tembak.fraktur tengkorak dengan kerusakan SSP merupakan penyebab utamma meningitis.infeksi yang dekat dengan meningen berpotensial menimbulkan meningitis seperti sinusitis , mastoiditis , otitis media (infeksi telinga tengah) , dan osteomeolitis,pada tulang tengkorak.infeksi menyebar secara limfogen (melalui kelenjar limfa kemedula spinalis atau retroperitonial.cacat bawaan khususnya mielominingokel(meningomyecole).memungkinkan terjadinya infeksi.

D.    FAKTOR PREDISPOSISI
1.    Trauma kepala
2.    Infeksi sistemik
3.    Infeksi setelah pembedahan
4.    Kelainan anatomi
5.    Penyakit sisyemik lain




E.    MENIFESTASI KLINIS
            Menifestasi klinis yang timbul pada meningitis bakterial berupa sakit kepala ,lemah,mengigil,demam,mual,muntah,nyeri punggung,kaku kuduk,kejang,peka pada awal serangan,dan kesadaran menurun menjadi koma.
            Gejala  ini ngitisakut berupa bingung,stupor,semi koma,peningkatan suhu tubuh sedang,frekuensi nadi dan denyut jantung meningkat.TD biasanya normal,klien biasanya menunjukkan gejala iritasi meningeal seperti kaku pada leher,tanda brudziknsi posotif ,dan tanda kerning positif.secara spesifik Dibagi dalam 3 stadium :
1.    Keluhan non spesifik
•    Pada awal penyakit : Kelemahan umum, Apatis, Anoreksia, Nausea, Demam (subfebril), Nyeri kepala yang kumat-kumatan, Nyeri pada otot-otot. Bingun yang kumat-kumatan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku dan kaku kuduk biasanya terjadi 1 – 3 minggu sesudah keluhan
2.    Stadium rangsang meningeal
•    Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit klien terjadi Nyeri kepala bertambah, Vomiting, Irritabel, Kebingungan bertambah, kelumpuhan syaraf otak, Hidrosefalus, Penurunan kesadaran (stupor), Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI, Papil edema yang ringan. Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata klien, Terjadi vaskulitis dan gangguan fokal, Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot serta kemungkinan Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia. Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis. Takikardia
3.    Stadium lanjut
•    Kebingungan bertambah, delirium berfluktuasi dan gejala fokal makin menghebat dan nyata.




F.    PENCEGAHAN
              Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.

G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
            Dalam rangka menegakan diagnosa meningitis bakterial,perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang,yaitu:
1.    Hitung darah lengkap dengan perbedaananya:menunjukkan adanya peningkatan sel darah putih dan neutrofil
2.    Kultur darah:mengindikasikan adanya mikroorganisme
3.    Lumbal pungsi dengan kultus CSS:peningkatan hitung sel,mengindikasikan adanya mikroorganisme
4.    MRI atau CT-Scan dengan atau tanpa kontras:untuk mengetahui adanya kelainan

H.    KOMPLIKASI
            Komplikasi yang sering terjadi pada meningitis bakterial adalah sebagai berikut:
1.    Ventrikulus atau abses intraserebral dapat menyebabkan obstruksi pada CSS dan mengalir keforamen antara ventrikel dan cairan serebral sehingga menyebabkan hidrosefalus.eksudasi purullen yang menyebabkan penurunan CSS didalam granulasi arakhnoid juga dapat menyebankan hidrosefalus.
2.    Trombosis septik dari vena sinus dapat terjadi,mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial yang dihubungkan dengan hidrosefalus.
3.    Kelumpuhan saraf kranial merupakan komplikasi umum pada meningitis bakterial.
4.    Stroke dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan hemisfer  pada batang otak
5.    Subdural empiema akibat infeksi
6.    Komplikasi lanjutan yang dapat dialami oleh klien adalah menjadi tuli akibat kerusakan            saraf kranial VIII
7.    Kerusakan serebral pada anak-anak akibat meningitis,khususnya dengan infeksi H.influenza dapat mengakibatkan retradasi mental


I.    PENATALAKSANAAN MEDIS

Tabel terapi meningitis
Lumbal pungsi dilakukan untuk menegakkan diagnosis meningitis bakterial.beberapa perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan lumbal pungsi yaitu:
•    Satu setsteril lumbal pungsi
•    Sarung tangan karet steril
•    Xylocain 1-2 %
•    Band-aid (pembalut)
Tindakan keperawatan yang dilakukan:
1.    Fase persiapan
1.    Belum melakukan prosedur,kosongkan kandung kemih dan usus(keluarkan urin dan feses)
2.    Lakukan tindakan secara bertahap sesuai prosedur
3.    Untuk posisi terlentang,atur klien dalam posisi miring dengan bantal dibawah kepala dan diantara kaki.klien harus diletakkan pada tempat yang datar
4.    Intruksikan klien miring dengan dengan punggung membungkuk dan kaki ditekuk ke abdomen dengan kedua taangan perawat membantu klien mengaatur posisi dengan menahan lutut dan leher dibelakang
5.    Bantu klien mempertahankan prosedur sambil dilakukan pemeriksaan
6.    Untuk posisi duduk,beritahu klien mempertahankan postur sambil dilakukan pemeriksaan
Rasional
1.    Untuk memberikan rasa nyaman
2.    Menilai kembali klien dan menjalin kerja sama
3.    Tulang punggung mengatur posisi horisontal.bantal diantara kedua kaki mencegah kaki bagian atas jatuh ke depan
4.    Posisi ini memberikan pelebaran maksimal permukaan dan memudahkan jalan masuk kedalam permukaan subaraknoid
5.    Mendukung klien mencegah gerakan yang mendadak,yang dapat menimbulkan trauma (perdarahan) dan memberikan diagnosis yang tepat
6.    Memungkinkan klien dan mereka yang sulit mengatur posisi samping.posisi ini memungkinkan identifikasi yang lebih akurat pada proses pemeriksaan lumbal.
2.    Fase kerja
1.    Bersihkan permukaan kulit dengan cairan antiseptik,lakukan anestesi lokal dengan obat anestesi lokal dengan obat anestesi pada permukaan kulit dan subkutan
2.    Jarum pungsi spinal dilalukan lumbal 3 dan lumbal 4 .jarum dimasukkan hingga mengenai ligamentum flavum dan jarum masuk kepermukaan araknoid.manometer dihubungkan dengan jarum pungsi spinal.
3.    Sesudah jarum masuk kepermukaan subaraknoid,bantu klien meluruskan tangan secara perlahan
4.    Intruksikan klien untuk bernafas secara perlahan (tidak menahan nafas) dan tidak bicara
5.    Akan terbaca pada batas tertentu cairan kolum sesudah istirahat
6.    Sekutar 2-3ml cairan spinal dimasukkan kedalam ketiga tabung.aamati dan bandingkan dan analisis labolatorium
Rasional
1.    Mengurangi resiko kontaminasi dan peningkatan nyeri
2.    Lumbal 3 dan lumbal 4 dibawah batas medula spinalis
3.    Manuver ini mencegah penurunan tekanan intraspinal palsu.tegangan otot dan kompresi abdomen memerikan tekanan palsu
4.    Hiperventilasi bisa lebih rendah yang menunjukkan peningkatan tekanan tekanan darah.berbicara dapat meningkatkan tekanan intrakranial
5.    Dengan bernafas secara  normal terjadi fluktasi cairan spinal didalam manometer.baatas normal tekanan cairan spinal pada klien dengan posisi recumbent yaitu 70-200mlH2O
6.    Cairan spinal berwarna bening dan tidak berwarna .cairan spinal yang mengandung darah menunjukkan kontusi serebral,laserasi,perdarahan subaraknoid
1.    Manset spigmomanometer dilingkarkan pada leher klien dan menaikkan tekanan sebesar 20mmHg (atau dengan bantuan tekanan vena jugular atau vena selama 10 menit)
2.    Tekanan dapat terbaca dengan interval 10 detik
3.    Selain jarum dicabut ,pasang pembalut pada bekas tusukan jarum lumbal pungsi
Rasional
1.    Pemeriksaan ini dilakukan ketika blokage pada subaraknoid diperkirakan (tumor,fraktur vetebra,atau dislokasi).pada orang yang normal terjadi peningkatan CSS yang cepat sebagai respon tekanan vena jugular seberapa normal kembali ketika kompresi dilepaskan.jika tekanan vena jugular menurun atau meningkat secara perlahan ,berarti blokade berhubungan dengan lesi kompresi jaringan subaraknoid.pemeriksaan ini dilakukan jika diperkirakan terdapat lesi intrakranial.
3.    Fase follow up
1.    Sesudah melakukan tindakan klien diminta berbaring terlentang sekitar 3 jam
Rasional
1.    Memungkinkan jaringan sepanjang tusukan jarum bersatu mencegah CSS keluar

                                                                        BAB III
                                                 ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.    Riwayat infeksi terakir (infeksi saluran nafas atas ,telinga,sinus),prosedur,atau trauma yang dapat menembus sistem saraf
2.    Sakit kepala,sakit punggung,kaku leher
3.    Demam dan muntah yang cenderung pada penderita anak-anak
4.    Perubahan status mental
5.    Tanda-tanda iritasi meningen:kaki kuduk,brudzinski’s sign dan kerning’s positif
6.    Ruam patekia atau purpuria,yang mengindikasikan meningitis
7.    Pada bayi yang kurang dari 2 bulan dapat mengalami peka rangsangan ,letargi,muntah,makan buruk,kajang,menangis melengking,demam atau hipotermia.bayi yang berumur 2 tahun dapat mengalami peka rangsang,lerargi,muntah,makan buruk,kejang,menangis melengking,demam atau hipotermia,perubahan pola tidur,fontanel cekung,demam,tanda-tanda iritasi meningen.sedangkan anak diatas 2 tahun mengalami tanda dan grjala hampir sama dengan orang dewasa

B.    Diagnosis dan intervensi keperawatan
1.    Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi dan edema serebral.ditandai dengan:
DS    :klien atau keluarga mengatakan demam
DO    :peningkatan suhu tubuhterdapat tanda-tanda karakteristik iritasi meningen yaitu kaku kuduk,brudzinski’s sign dan kerning’s sign positif

                                                     INTERVENSI
Berikan kompres pada pasien
Beritahukan pasien untuk tidak banyak melakukan aktivitas dan memakai baju yang dapat mempermudah panas keluar
Anjurkan pasien banyak minum air putih
Monitor suhu tubuh secara teratur
Berikan antibiotik sesuai terapi
Berikan antipiretik sesuai terapi

                                                     EVALUASI
Suhu tubuh kurang dari 38
2.    Risiko kekurangan  volume cairan yang berhubungan demam dan intake cairan yang kurang.ditandai dengan:
DS    :klien atau keluarga mengatakan sulit minum
DO    :mata cekung,turgor kulit berkurang,ubun-ubun pada bayi berkurang,peningkatan suhu tubuh,mukosa lendir mulut kering



                                                    INTERVENSI
Berikan cairan IV sesuai progam,cegah kelebihan cairan yang dapat memperburuk odeem cerebral
Monitor input dan output ketat

                                                     EVALUASI
Tanda vital dan CVP stabil
3.    Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan proses infeksi dan edema serebral.ditandai dengan:
DS    :
DO    :peningkatan suhu tubuh,terdapat tanda-tanda iritasi meningen
Perubahan status mental,sakit kepala,CT-scan atau MRI abnormal

                                                       INTERVENSI
Tujuan:perfusi jaringan serebral membaik
1.    Kaji tingkat kesadaran dan tanda vital dengan menggunakan parameter neurologi secara teratur(GCS)
2.    Atur lingkungan yang aman dan tenang untuk mencegah agitasi yang dapat meningkatkan TIK ,kejang,gangguan pernafasan yang menandaka kegawatan

                                                        EVALUASI
Klien dapat dengan  mudah menerima rangsangan
4.    Nyeri berhubungan dengan iritasi meningen.ditandai dengan
DS    :klien mengatakan sakit kepala
DO    :ekspresi wajah menyeringai,menahan sakit,perubahan tanda vital,berkeringat,CT-scan atau MRI abnormal



                                           INTERVENSI
Tujuan:mengurangi nyeri
a.    Berikan analgesik sesuai terapi,monitor respon klien
b.    Bantu posiisi yang  nyaman engan leher diekstensikan

                                               EVALUASI
Klien mengatakan nyeri hilang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar