Senin, 19 November 2012

HEAD INJURY 02


HEAD INJURY

Pengertian Cedera Kepala
Suatu proses terjadinya trauma terhadap kepala yang dipengaruhi oleh tiga mekanisme yaitu akselerasi, deselerasi, dan deformitas yang disebabkan karena terjadinya kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kecelakaan industry, kecelakaan olahraga, yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada fungsi otak.
 Etiologi
ž  Cedera kepala dapat disebabkan:
1)      Kecelakaan lalu lintas
2)      Terjatuh
3)      Kecelakaan industri
4)      Kecelakaan olahraga

Klasifikasi umum berdasarkan kerusakan jaringan otak akibat trauma.
a)      Komotio cerebri, gangguan fungsi neurologic ringan yang terjadi sesaat dengan gejala hilangnya kesadaran biasanya kurang dari 10 menit dengan atau tanpa di sertai amnesia retrograde, mual, muntah, nyeri kepala, vertigo dan tanpa adanya kerusakan struktur otak.
b)      Kontusio cerebri, gangguan fungsi neurologik dengan hilangnya kesadaran lebih dari 10-15 menit di sertai kerusakan otak tetapi kontinuitas otak masih utuh.
c)       Laseratio cerebri, gangguan fungsi neurologic di sertai kerusakan otak yang berat dengan fraktur tengkorak terbuka, masa otak terkelupas keluar dari rongga intracranial.
Kategori Penentuan Keparahan Cedera Kepala Berdasarkan Nilai Skala Koma Glassglow
 
ž  Minor/ringan/mild
                GCS=13-15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit
Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio sersbral, tidak ada hematom( KEKUATAN 55%)
ž  Sedang/moderate
                GCS= 9-12
                Kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam
                Dapat mengalami fraktur tengkorak(KEKUATAN 24%)
ž  Berat/severe
                GCS=3-8
Kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 24 jam juga meliputi kontusio serebral, laserasi atau hematom intracranial.(KEKUATAN 21%)

Patofisiologi
ž  Jika terjadi trauma kepala dengan kekuatan/gaya akeselereasi, deselerasi dan deformitas akan menimbulkan lesi atau perdarahan di berbagai tempat sehingga timbul gejala deficit neurologist berupa babinski yang positif dan GCS kurang dari 15.Dari trauma kepala tersebut juga bisa terjadi pergerakan, penekanan dan pengembangan gaya kompresi yang destruktif sehingga otak akan membentang batang otak dengan sangat kuat dan terjadi blokade reversible terhadap lintasan assendens retikularis difus serta berakibat otak tidak mendapatkan input afferent yang akhirnya kesadaran hilang selama blockade tersebut berlangsung. Dari trauma kepala tersebut juga bisa berdampak pada sistem tubuh yang lainnya
Manifestasi Klinis
1.       Penurunan tingkat kesadaran
2.       Nyeri kepala
3.       Muntah
4.       Dilatasi pupil
5.       Pernapasan cepat dalam kemudian  dangkal ( reguler )
6.       Penurunan Nadi
7.       Peningkatan suhu
Komplikasi
a)      Edema serebral dan herniasi
Dapat menimbulkan iskemia, infark, kerusakan otak irreversible dan kematian.
b)      Defisit neurologic dan psikiatrik
Dapat mengalami paralisis saraf local seperti anosmia (tidak dapat mencium bau-bauan) atau abnormalitas gerakan mata, dan deficit neurologic gerakan seperti afasia, defek memori, dan kejang post traumatic atau epilepsy.
Bidang Pengkajian
ž  Tingkat kesadran dan responsivitas
ž   Fungsi serebal
ž  Pemeriksaan saraf  kranial
ž  Pemeriksaan fungsi motorik
ž  Tes Rangsang Meningeal (Tes Rangsang Selaput Otak)
ž  Aktivitas/istirahat
ž   Sirkulasi
ž   Integritas ego
ž  Elimiansi
ž  Nyeri atau ketidaknyamanan
ž  Pernafasan
Pemeriksaan diagnostik
ž  CT Scan
ž   MRI
ž  EEG
ž  Sinar X
ž  PET
ž  Fungsi lumbal, CSS,  
ž  GDA (Gas Darah Arteri)
ž  Pemeriksaan toksikologi
ž  Kadar antikonvulsan darah

Diagnosa Keperawatan
A.      Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah oleh hematoma

Intervensi
1.       Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang menyebabkan koma penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIK
2.       Pantau/catat status neurologist secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar (GCS)
Rasional
1.       Menentukan pilihan intervensi
2.       Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK

B.      Resiko tinggi pola nafas tidak efektif bcrhuhungan dengan kerusakan neurovaskuler
Intervensi
1.       Pantau frekuensi, irama kedalaman pernafasan, catat ketidakteraturan pernafasan
2.       Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai indikasi
Rasional
1.       Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi  pulmonal (umumnya mengikuti cedera otak), atau menandakan lokasi atau luasnya keterlibatan otak
2.       Untuk memudahkan ekspansi paru atau ventilasi paru dan kemungkinan lidah jatuh yang menyambut jalan nafas

C.      Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan transmisi
Intervensi
1.       pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan berbicara, alam perasaan atau afektif, sensorik dan proses pikir
2.       Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas atau dingin, benda tajam atau tumpul dan kedasaran terhadap gerakan dan letak tubuh
Rasional
1.       Fungsi serebral bagian atas biasanya terpenuhi lebih dulu oleh adanya gangguan sirkulasi, oksigenasi
2.       Informasi penting untuk keamanan .

Evaluasi
ž  Pasien akan mempertahankan kesadaran biasa/perbaikan, dan fungsi mototik/sensori
ž  Pasien akan mempertahankan pola pernapasan normal/efektif, bebas sianosis, dengan GDA batas normal pasien
ž  pAsien akan mempertahankan/meninkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit atau kompensasi
ž  Pasien bebas tanda-tanda infeksi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar