Selasa, 20 November 2012

Respirasi2, CHAERUDDIN,S.KEP.,NS, Farmakologi Sistem Respirasi


Farmakologi Sistem
Respirasi
Prinsip Dasar Farmakoterapi Untuk Penyakit Respirasi
a.Paru mengeluarkan udara membersihkan jalan napas.
b.Penyakit respirasi biasanya kronik, kecuali pada infeksi akut.
c.Farmakoterapi bekerja simptomatik.
d.Distribusi terapi bisa sistemik maupun terlokalisasi (aerosol). Memiliki keuntungan untuk meningkatkan farmakokinetik dan menurunkan efek samping
OBAT
 BRONKODILATOR
          Agen- agen ini secara luas mempengaruhi tekanan otot polos bronkus. Namun demikian, agen ini juga menurunkan pelepasan mediator inflamasi.
          Umumnya diberikan per inhalasi dengan aerosol bertekanan/ bubuk kering (MDIS). Beberapa agen juga bisa diberikan secara oral maupun parenteral. Bronkodilator jangka panjang (seperti: salmeterol) dipakai untuk pengobatan kronik.
Bronkokonstriksi adalah penyempitan jalan napas, khususnya bronkhioli
Terdapat 3 kelompok obat bronkodilator, yaitu :
      1. agonis beta-adrenergik
      2. Antikolinergik
      3. xantin
1. Agonis beta-adrenergik
                                Otot polos pada bronkioli dikendalikan oleh saraf simpatis. Reseptor beta 2 berespon terhadap ransangan adrenergik dengan mengendurkan otot, sehingga ventilasi bertambah.
Agens adrenergik yang dipakai sebagai bronkodilator
2. Obat antikolinergik
                salah satu cara mencegah refleks bronkokonstriksi adalah memakai obat antikolinergik, seperti ipratropium (atrovent) yang dapat berupa aeroson
3. Turunan xantin
                                Termasuk dalam kelompok ini adalah teofilin dan aminofilin. Keduanya bekerja sebagai stimulan sistem saraf pusat dan jantung, dan merelaksasi otot polos. Ini untuk mengatasi bronkhoplasme.
Simpatomimetik
1)      Β reseptor, dibagi menjadi 2 kelompok:
 ~
β-1 : berefek pada jantung dan lipolisis
 ~
β-2 : bronkodilatasi, vasodilatasi,    glikogenesis pada otot.
2)      Perangsang β reseptor non selektif (merangsang β1 dan β2).
3)      Perangsang semi selektif β reseptor – terutama β2, dengan sedikit aktivitas β1.
a. Metaproterenol
b. Isoetharine
4). Stimulan β reseptor selektif ( terutama β2)
                Agen ini berefek bronkodilatasi, tanpa stimulasi kardia/ menurunkan P O2 arteri. Tremor merupakan efek yang tidak diinginkan
    1. Salbutamol ( mengandung isomer R/L.
    2. Levalbuterol, berisi hanya isomer-R aktif ( di Indonesia belum tersedia)
    3. Terbutaline
    4. Salmeterol (“Serevent”) – onset lambat, aksi lama
    5. Bitolterol (“Oxis”) – onset lebih lambat dari salbutamol, aksi panjang.
    6. Bitolterol – diaktivasi oleh esterase pada organ target, meningkatkan selektifitas jaringan? ( di Indonesia belum tersedia).
Antikolinergik 
Ipratropium, Tiotropium bromide
          Aktivasi para simpatik berhubungan dengan bronkokonstriksi dan meningkatkan sekresi.
          Ipratropium: berguna dalam pengobatan bronchitis kronik dan emphysema. Bronkodilatasi dengan antikolinergik kurang bermakna, bila dibandingkan dengan β2 agonis.
          Methylxanthine bronkodilator
   Dipakai secara kronik (lama) untuk  menurunkan insidensi bronkokonstriksi. Juga untuk merangsang respirasi pada apnea pada bayi premature.
   1. Theofilin
   2. Aminofilin ( theophylline-ethylenediamine) merupakan bentuk IV dari theofilin.
OBAT
ASMA

Penstabil Sel Mast Untuk Profilaksis Asma
          dipakai sebagai profilaksis dalam penanganan asma dan diutamakan sebagai agent garis pertama dalam terapi profilaksis untuk asma ringan sampai berat pada anak.
     A. Sodium cromoglycate (“intal 5”)
Diberikan dengan bentuk inhalasi dosis terbagi. Juga tersedia dalam bentuk Ophtalmic Drop (Crom Opthal). Fourmula spray nasal (nasalcrom), untuk penanganan rhinitis alergica, belum ada di Indonesia.

B. Nedocromil (“Tilade Mint”).
     Agen yang lebih baru, sama dengan cromolyn. Diberikan via inhalasi dengan dosis terbagi untuk profilaksis asma.

Kortikosteroid
          Bahan ini potensial dalam hal efeknya sebagai anti inflamasi, yang menghambat sintessa ataupun pelepasan mediator, mencegah reksi asma tipe lambat dan mengurangi hiperresponsivitas bronceoli. Juga efektif untuk pengobatan penyakit respirasi kronik.
Inhalasi atau intranasal
   1. Beclomethasone *
2. Flunisolide * ( belum ada di Indonesia)
3. Triamcinolone * ( Belum ada di indonesia)
4. Budesonide *
5. Fluticasone * ( untuk asma, hanya tersedia dalam bentuk suspensi untuk nebulisasi di Indonesia).
Penghambat Efek Leukotriene
          Leukotrien??
                derifat dari asam arachidonatdengan aksinya pada 5-lipogenase, salah satu dari mediator pada serangan asma. Menyebabkan bronkokonstriksi, peningkatan permeabilitas vaskular, dan meningkatkan sekresi mukus.
  1. Ulangi leukotrien pathway
  2. Menghambat 5-lipogenase dan mereka menmblokade sintesis leukotrien: preparat: zileuton (belum tersedia
  3. Memblokade reseptor leukotriene (terutama LTD 40, toksisitasnya rendah atau tidak ada sama sekali).

Sediaan:
    • Zafirlukast (accolate), 2x sehari
    • Montelukast (belum tersedia), 1x sehari, metabolit dikeluarkan via empedu, juga menurunkan peripheral eosinofil sampai 15 %.
PENGOBATAN
BATUK
Refleks Batuk
Rangsangan reseptor batuk
            Saraf aferen
ke pusat batuk di medula
otot-otot pernapasan(Daerah refleks batuk yang paling                                                sensitif)
pada saluran napas adalah daerah laring, karina, trakea dan bronkus; yang lain ialah pleura, membran timpani.
                Batuk       refleks penting untuk mempertahankan keterbukaan jalan napas.
Ada 2 macam batuk :
1. Batuk produktif, batuk yang mengeluarkan sekret.
2. Batuk nonproduktif, tidak mengeluarkan  sekret.
Pengobatan terhadap batuk
  1. Menghilangkan sumber iritasi
  2. Mengencerkan sekret agar lebih produktif
  3. Menekan batuk
1. Menghilangkan sumber iritasi
                                Bila batuk disebabkan oleh iritasi faring, pergunakan substansi demulsen (menghilangkan iritasi, meredakan) seperti sirup dan gliserin.
                                Bila iritasi yang terjadi berasal dari daerah bawah faring, udara yang hangat dan lembab akan menolong, (inhalasi uap air).
                                Jika penyebabnya adalah bakteri, perlu pengobatan anti infeksi (penisilin, eritromisin, tetrasiklin, sulfonamida)
2. Mengencerkan sekret
                pengenceran sekret agar lebih produktif dapat dilakukan dengan ekspektoran atau mukolitik.
a. Ekspektoran
                ekspektoran merangsang batuk dan sel-sel penghasil sekret untuk memproduksi sekret encer. Contoh : gliserin guaiakolat, iodida, senyawa amonium, Na sitrat,
                dan ipcacuanha.
b.  Agens mukolitik
                                agens mukolitik adalah substansi yang memecah mukus. Asetil sistein bekerja memecah sputum kental.
                                Bomheksin (Bisolfon) mempengaruhi pembentukan mukus, sehingga terbentu mukus yang lebih encer dan mudah dikeluarkan.

3. Menekan batuk
                sejumlah substansi yang dapat dipakai adalah turunan opium (meneken pusat pernapasan di medulla). Seperti tinktura opium, kodein, dehidrokodein, metadon, dan folkodin.
          AGEN MUKOLITIK
menurunkan viskositas sekret paru dan memfasilitasi pembuangannya
  1. n-Acethylcysteine (mucomyst, juga merupakan antidotum terhadap keracuanan parasetamol.
  2. Iodinasi Gliserol (tidak ada di Indonesia).
Alpha 1 Antitripsin

Untuk emphysema pada pasien dengan defisiemnsi genetic α1- antiproteinase, menyebabkan destruksi epitel tepi pada paru.

DRUGS USED IN ALLERGIES & ANAPHYLAXIS
                Obat ini digunakan dalam pengobatan alergi, seperti demam.

Contoh obat ini adalah:
    • Prometazin.
    • Trimeprazine.
Mekanisme kerja adalah untuk memblokir reseptor H1.

Obat melewati sawar darah-otak dan memiliki tindakan depresan umum (obat penenang); dalam dosis tinggi, tindakan ini dapat menyebabkan depresi pernapasan.
Anafilaksis

shock anafilaktik adalah reaksi alergi sistemik yang merupakan kondisi yang mengancam jiwa.
Ciri-ciri dari shock anafilaktik adalah:
    •  Hipotensi berat.
    • Kejang laring.
    • Bronkokonstriksi.
terapi obat adalah berikut:
          Intramuskular adrenalin (epinefrin) (0,5-1,0 mg, 0,5-1,0 mL injeksi adrenalin 1:1000), diulangi pada interval 10-menit tergantung pada tekanan darah.
          100% oksigen.
          Klorfeniramin (antihistamin) 10-20 mg intravena, dilanjutkan 24-48 jam.
          Dapat diberikan salbutamol intravena untuk pasien tidak responsif terhadap adrenalin.
          Hydrocorticosteroid 200-300 mg intravena dapat diberikan sebagai obat lini kedua untuk mengurangi kerusakan lebih lanjut.
          Thank you…
          Pertanyaan…
          Untuk apa pemberian intramuskular adrenalin dan 100% O2 pada anafilaksis?
          Perbedaan indikasi pada obat bronkokonstriksi?
          Bagaimana kerja obatx(farmakokinetik) pada refleks batuk?
PENGOBATAN ISPA
  • Antitusif: bekerja di medulla oblongata (diberikan pada batuk tdak produktif)
  • Antihistahin: mengikat reseptor histamin 1 (memblok terjadix konstriksi bronkus)
  • Ekspektoran: menyebabkan efek lokal
  • Reseptor kolinergik: Jantung,PD, ginjal, saluran kemih, pulmo
          Kerja antihistamin
Alergen
Kompleks antigen x antibodi                                       AH 1
Degranulasi sel mast
Pelepasan HISTAMIN
Vasodlatasi PD       permeabilitas   vokokonstriktor
kongesti nasal       sekresi mukus    penyempitan bronkus
                                        Ranitis                                           ventilasi
OBAT TBC
6 Macam obat TB:
          Streptomisin: bakteriostatik(menghambat krja mikroba). Bakteritik (membunuh mikroba)
          Isoniazid/INH
          Rimfampisin: menghambat polimerase RNA
          Etambutol: DNA
          Pirazinamid: bekerja pda suasana asam
Cont obat TB
Bekerja pada:
    1. Dinding sel
    2. RNA
    3. DNA
    4. Ribosom
    5. Metabolisme sel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar